Filsafat ilmu

                Filsafat

Pengertian filsafat

Filsafat ialah aktivitas berpikir yang logis benar dan terbuktikan.

Tidak semua aktivitas berpikir itu disebut filsafat, contoh ;

       Kucing tahu mana makanan yang enak dan anjing tahu majikan yang baik. Tikus dapat berpikir bahwa kucing adalah musuhnya. Ayam dapat berpikir bahwa jika majikannya tidak menyediakan makanan, maka ia harus berusaha mencari sendiri.

        Pada manusia aktivitas berpikir itu sampai ke tingkat nalar. Ada dua ciri berpikir nalar. Pertama, pola berpikirnya secara luas dan dapat disebut logika. Kedua, berpikir yang bersifat analitik. Hanya Penalaran ilmiah yang menggunakan logika analitik. Dikarenakan tidak semua manusia berpikir mengikuti aturan logika. Untuk itulah tidak semua aktivitas berpikir disebut dengan filsafat, tetapi aktivitas berpikir yang logis analitik itulah yang disebut dengan filsafat.


Definisi filsafat menurut beberapa tokoh :

1.Pythagoras (572-497 SM) orang pertama yang menggenukan kata 

filsafat mendefenisikan filsafat, cinta kebijaksanaan. Ada tiga tipe manusia 

menurutnya, mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintai 

kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Jadi filsafat berada 

pada tipe terakhir yang mencintai kebijaksanaan.


2. Menurut Sultan Takdir Alisjahbana, filsafat adalah berpikir dengan insaf. Berpikir dengan insaf berarti berpikir dengan teliti menurut 

aturan yang telah ditentukan.


Ciri ciri filsafat


1.Logis

Logis menurut pengalaman penulis dalam mengajarkan mata kuliah 

yang ada hubungannya dengan filsafat, sering dijawab dengan masuk akal. Jika 

ditanyakan bagaimana mengukur masuk akal itu, biasanya sudah bermacam-

macam jawabannya, apalagi yang belum belajar logika sebagai disiplin ilmu. 

Sesuatu dapat dikatakan logis berdasarkan teori-teori logika.


2. Sistematis ( beraturan )


3. Radikal

 Radikal bisa dipahami sebagai pemikiran yang mendalam dan mendasar.


4. Universal

Universal bisa dikatakan konsep menyuluruh atau mendunia. Artinya, 

semua manusia memiliki konsep yang sama tentang hal-hal yang universal. 

Keadilan disebut konsep universal karena semua manusia normal akan 

mengatakan bahwa keadilan itu adalah baik terlepas apakah ia mengamalkan 

atau tidak.


5. Skeptis

Skeptis berarti ragu. Sikap skeptis dalam berfilsafat berarti tidak mudah mempercayai suatu kebenaran sebelum ia teliti secara cermat.


6. Spekulatif

Spektulatif adalah sikap keberanian mencoba dalam mencari kebenaran.


7. Abstrak

Abstrak berarti tidak konkrit. Sesuatu yang konkrit berarti terindera atau 

teruji, dan atau terukur. Ketika kita memahami konsep manusia, maka yang 

sedang dibahas adalah manusia bukan dalam pengertian fisik.


Ilmu

Pengertian ilmu

Ilmu Adalah Anak Filsafat Yang Sudah Besar Dan Berhasil Populer Melebihi Induknya.


      Dalam paradigma lama bisa jadi kita menganggap bahwa semua pengetahuan itu termasuk ilmu. Untuk itu, dalam khazanah Muslim dikenal Ilmu Nahwu, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Tauhid, Ilmu Akhlak, dan sebagainya. Tetapi dalam paradigma sekarang ini, hendaknya pengetahuan itu dibedakan antara filsafat, ilmu, dan mistik. Dilihat dari abstrak dan konkritnya menurut obyeknya, maka ilmu itulah yang konkrit, sedangkan filsafat dan mistik tidak konkrit.

       Selain konkrit, ilmu itu juga disebut positif, bisa diindera dan diuji secara ilmiah. Adakala obyeknya tidak konkrit melalui indera telanjang, tetapi dengan bantuan tester (alat pengetes), sehingga sesuatu itu diketahui positif ada. Contoh nya :

  • Ban mobil diketahui tekanan anginnya setelah dites dengan alatnya.

  • Air yang dengan kasat mata terlihat jernih, tetapi ketika menggunakan alat test kejernihan air, ternyata air itu bisa jadi kotor, tidak layak dikonsumsi dan hanya layak untuk air mencuci pakaian dan mandi.


Ilmu bersifat empiris, tetapi ia juga harus logis tulis Ahmad Tafsir. Empirik itu bisa diindera dan diuji. Siapa yang menyanyi tanpa melihat penyanyinya, telinga bisa menyimpulkan. Dengan bau parfum saja, terkadang seseorang kenal istrinya. Dengan sentuhan juga sebagian obyek bisa disimpulkan identitasnya. 

      Dengan semua keterbatasan manusia, alat indera manusia dan alat penguji yang diciptakan manusia masih memiliki peluang kesalahan. Untuk itu, satu indera dengan indera yang lain hendaknya kerjasama dalam menentukan kebenaran. Hidung bisa saja mencium baunya buah durian, setelah dilihat ternyata ada buah durian, namun ketika disentuh, ternyata ia durian palsu (hiasan), dan baunya itu direkayasa oleh bau parfum. Kaum emperisisme atau positivisme sudah menafikan Tuhan karena faktor tidak empiris.



Filsafat Ilmu

Filsafat Bagaikan Pasukan Marinir Yang Mendaratkan Pasukan Infantri. Pasukan Infantri Inilah Sebagai Pengetahuan Yang Di Antaranya Ilmu. Setelah Ilmu Bertindak Dan Berkreasi, Daratan Mengalami Kemajuan Dalam Segala Bidang, Kemudian Filsafat Kembali Ke Laut Lepas untukMelaksanakan Ekplorasi Lebih Jauh.


A. Filsafat Ilmu: Ilustrasi

  Setiap ilmu kata Amsal Bakhtiar memiliki dua obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material dari filsafat adalah semua yang ada baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Yang tampak itu disebut dengan dunia empiris sementara yang tidak tampak itu disebut dunia metafisika. Lebih lanjut Amsal mengatakan bahwa sebagaian filosof membagi obyek material filsafat menjadi tiga, yaitu ada dalam alam empiris, ada dalam alam pikiran, dan ada dalam alam kemungkinan.

      Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

Dilihat dari obyek materialnya, filsafat lebih luas dari ilmu. Filsafat mencakup yang tampak dan yang tidak tampak sementara ilmu hanya mempersoalkan yang tampak saja (empiris).

        Secara tegas, Rizal Mustansyir dan Misnal Munir dalam Filsafat Ilmu menulis "bahwa obyek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang bersifat khusus denganciri sistematis, metode ilmiah tertentu, serta dapat diuji kebenarannya". "Sementara objek formal filsafat ilmu adalah hakekat (esensi) ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan membahas tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi). Ketiga unsur ini menjadi landasan pengembangan ilmu.    

   Mensikapi posisi filsafat dan ilmu itu terkadang melahirkan madzhab rasisme, penyakit makhluk pertama. Sebagian orang berpendapat bahwa filsafat lebih utama dari ilmu, sebagian lainnya berpendapat terbalik bahwa ilmu lebih utama dari filsafat.           

        Pada mulanya filsafat yang terbagi dua, teoritis dan praktis. Filsafat teoritis itu mencakup metafisika, matematika, fisika, dan logika. Sedangkan filsafat praktis itu ekonomi, politik, hukum, dan etika.

      Filsafat dan ilmu tidak dapat dipisahkan, keduanya saling membutuhkan. Filsafat berjasa dalam melahirkan ilmu dan kemajuan ilmu semakin memperkuat eksistensi filsafat.

           Filsafat berjasa dalam melahirkan ilmu dan kemajuan ilmu semakin memperkuat eksistensi filsafat. Ketika ilmu berkembang pesat, maka antara satu ilmu dengan ilmu yang lain membentuk spesialisasi. Spesialisasi membentuk sekat-sekat dan bahkan menimbulkan arogansi satu ilmu dengan yang lainnya.Keadaan ini membuat ilmu terkadang keluar dari misinya untuk mensejahterakan umat manusia. Perkembangan pesat ilmu dan teknologi dikhawatirkan para ilmuan, filosof, dan agamawan akan mengancam eksistensi manusia, untuk itulah diperlukan filsafat ilmu.

Menurut John Naisbitt, perkembangan ilmu berdampak negatif, di 

antaranya:

1. Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat. Lihatlah di pasaran berkembangnya makanan dan minuman instan.

2. Masyarakat takut dan sekaligus memuja teknologi. Lihatlah bagaimana manusia sangat tergantung (al-shamad) terhadap hand phone saat ini.

3. Masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan semu. Lihatlah ketika ring tone HP berbunyi salawat, seakan-akan benar-benar nyata.

4. Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan. Lihatlah anak-anak sibuk di depan laptop untuk main game ria.

5. Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar. Lihatlah kejadian setiap pasca pilkada, sering terjadi bentrok horisontal di masyarakat.

6. Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.

   

     filsafat ilmu bertujuan untuk meluruskan jalan ilmu dan sekaligus mempertegas kata Amsal Bakhtiar bahwa ilmu dan teknologi adalah sarana atau instrumen dan bukan tujuan. Menurut masyarakat beragama, ilmu bersumber dari Tuhan dan oleh sebab itu, kemajuan ilmu tidak boleh menodai ketuhanan. Jika kemajuan ilmu itu melanggar ketentuan Tuhan, maka ilmu telah keluar dari fitrah ketuhanan.

Komentar