FILSAFAT ILMU
Pemikiran filsafat Al kindi
Oleh : Abdul Latif Tambunan
Nim : 1920100314
Ruang : 2
Dosen pengampu : Dr. Sehat Sultoni dalimunthe
PEMIKIRAN FILSAFAT AL-KINDI
Abstract
Al-Kindi is the first Muslim philosopher to construct Islamic philosophicalthoughts in a
systematic and clear way. Philosophical thoughts of Al-Kindi are reflection of doctrines
that he received from classic Greece sources and thelegacy of Neo-Platonic thoughts
combined with Islamic faith. Al-Kindi opens theroom of dialogue to combine
philosophical doctrines and religion. Knowledge about God, according to Al-Kindi, is
early philosophy or the first philosophy; philosophy that states al-Haqq as telos that will
end the overall works of philosophy. Al-Kindi divides intelligence based on several
stages as follows: active intelligence (intelligence that guarantees the ability of human
beings to understand rational matters that needs external stimuli), actual intelligence
(potential intelligence that escaped potential boundary when soul started to understand
rational and abstract matters), and physical intelligence (intelligence that seriously
comprehend rational matters and seeks to transform potential matter into actual thing).
Keywords: Philosophical Thought, al-Kindi biographies and works
Abstrak
Al-Kindi merupakan filosof muslim pertama yang menyusun pemikiran Filsafat Islam
dengan sistematika yang jelas. Pemikiran filsafat Al-Kindi merupakan refleksi doktrindoktrin yang diperolehnya dari sumber-sumber Yunani klasik dan warisan Neo Platonis
yang dipadukan dengan keyakinan agama Islam. Al-Kindi membuka ruang pembicaraan
sebagai upaya pemaduan antara doktrin filsafat dan agama. Pengetahuan tentang Tuhan
oleh Al-Kindi disebut sebagai filsafat awal atau filsafat pertama; filsafat yang
mewacanakan al-haqq sebagai telos yang akan mengakhiri keseluruhan kerja filsafat.
Al-Kindi membagi akal berdasarkan tiap tahapan sebagai berikut; akal yang selalu aktif
(merupakan inti semua akal dan semua objek pengetahuan), akal potensial (akal yang
menjamin kesiapan manusia untuk memahami hal-hal yang mungkin rasional dan membutuhkan rangsangan dari luar), akal aktual (akal potensial yang telah keluar dari
batas potensial ketika jiwa mulai memahami hal-hal yang rasional dan abstrak) dan akal
lahir (akal yang telah serius dalam memahami hal-hal yang rasional dan mengubah
sesuatu yang potensial menjadi aktual).
Kata Kunci: Pemikiran Filsafat, Al-Kindi biografi dan karya karya
Pendahuluan
Salah satu faktor yang memungkinkan filsafat Yunani dikaji oleh orang-orang
Islam adalah karena adanya karya-karya terjemahan filsafat yang disalin secara bebas
kedalam bahasa Arab baik langsung dari bahasa Yunani maupun dari teks asli versi
Siriac (Nasution, 1973: 11). Gerakan penerjemahan ini berlangsung dari tahun 750
sampai tahun 1000 masehi (Nasir, 1996). Oleh karena itu, lewat penerjemahanpenerjemahan ini para pemikir muslim mengenal pemikiran-pemikiran filosof Yunani
seperti Plato, Aristoteles, dan ajaran-ajaran Neoplatonis (Nasution, 1973) untuk
kemudian mereka kembangkan dan perkaya dengan pendekatan Islam, sehingga lahirlah
disiplin baru dalam dunia pemikiran Islam yang dikenal dengan sebutan Filsafat Islam
(al-Falsafah al-Islamiyah) dengan beberapa tokohnya seperti al-Kindi (796-873 M), alFarabi (870-950 M), Ibn Sina (980-1037 M), al-Ghazali (1059-1111 M), Ibn Rusyd
(1126-1198 M) dan lain-lain (Nasir, 1996). Para tokoh-tokoh itu memiliki reputasi dan
pengaruh yang diakui tidak hanya di dunia Islam abad pertengahan bahkan juga
mewarnai fiosof-filosof Barat modern. Sedemikian besarnya pengaruh filosof-filosof
muslim ini hingga W. Montgomery Watt mengambil kesimpulan bahwa tanpa
keberadaan mereka, ilmu pengetahuan dan filsafat orang-orang Eropa tidak akan bisa
berkembang seperti ketika dulu nenek moyang mereka mengembangkannya untuk
pertama kalinya (Nasir, 1996). Dengan demikian, filsafat Islam telah mencapai puncak
kejayaannya pada abad ke- 9 dan ke-11 masehi. Berbeda dengan filsafat Barat yang
berkembang hingga abad modern, kejayaan filsafat Islam tidak mampu melampau abad
pertengahan dan mulai memasuki periode anti klimaks pada abad ke-12, khususnya Ibn
Rusyd (Nasir, 1996). Di antara para filosof muslim yaitu Al-Kindi. Al-Kindi menyusun
filsafatnya di Bagdad yang ketika itu masih menjadi ibu kota pemerintahan dan
sekaligus pusat pengkajian pengetahuan. Di kota ini juga al-Kindi mendapat banyak
dukungan moral dan material dari tiga khalifah dinasti Abbasiyah, al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Watsiq. Ketiga khalifah itu menunjukkan minat yang tinggi pada
pengetahuan dan menyetujui kelangsungan kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah,
filosofis dan kesusastraan. Menurut Ibnu Nadhim, kecenderungan al-Kindi ternyata
tidak hanya pada filsafat Yunani saja, tetapi al-Kindi juga mendalami studi keagamaan
India, Chaldean dan Harran (Basri, 2013:18). Terlepas dari semua ketidaksempurnaan
sistematika filsafat al-Kindi, ia Yunani serta membangun fondasi filsafat Islam bagi
para filosof muslim setelahnya.
Pembahasan
A. Biografi Al Kindi
Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya`qub ibn Ishaq ibn
Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn al-Asy’ath ibn Qais alKindi. Ia lahir di Kufah pada tahun 185 H/873 M dari pasangan keluarga
kaya dan terhormat.1 Al-Kindi berasal dari suku Kindah, salah satu suku
besar di Jazirah Arab Selatan. Kakek buyutnya, al-Ash’ats ibn Qais, setelah
masuk Islam merupakan salah satu sahabat Nabi Saw yang gugur bersama
Sa`ad ibn Abi Waqqas dalam perang jihad antara Kaum Muslimin dengan
pasukan Persia di Irak. Sementara ayahnya, Ishaq al-Shabbah, pernah
menjadi Gubernur Kufah pada masa pemerintahan al-Mahdi (775-785 M)
dan al-Rasyid (786-809 M). Ayahnya wafat ketika al-Kindi masih kanakkanak, namun ia tetap mendapatkan kesempatan menuntut ilmu dengan baik
di Basrah dan Baghdad serta dapat bergaul dengan para pemikir Islam
terkenal masa itu. Kebetulan saat itu Dinasti Abbasiyah sedang mengalami
masa-masa kejayaan dan perkembangan dalam dunia intelektual khususnya
paham mu`tazilah.2
Selain sebagai filsuf, al-Kindi juga dikenal sebagai seorang penerjemah
yang mahir. Ibn Juljul dalam buku Thabaqat al-Thibba (golongan dokter)
menyebutkan bahwa dalam Islam ada 5 orang penerjemah mahir dan salah
1 Ahmad Zainul Hamdi. TUJUH FILSUF MUSLIM PEMBUKA PINTU GERBANG FILSAFAT
BARAT MODERN, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004. VOL. 12, No. 2 ( 2020)
2 Poerwantana, Seluk beluk filsafat Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya 1987. VOL. 12, No. 2
( 2020)
satunya adalah al-Kindi. Adapun 4 orang lainnya adalah Hunain ibn Ishaq,
Ya`qub ibn Ishaq, Tasbit ibn Qurrah, dan Umar ibn Farkhan al-Thabari.3
Lingkungan di mana al-Kindi hidup sangat berpengaruh dalam
membentuk kedewasaan intelektualnya. Pada masa al-Kindi hidup, Kufah
dan Basrah (2-3 H/8-9 M) merupakan dua pusat kebudayaan Islam. AlKindi melewatkan masa kanak-kanak di Kufah yang pada saat itu cenderung
pada studi-studi aqliah. Kurikulum yang berlaku pada saat itu bagi anakanak muslim adalah menghafal alQuran, mempelajari tata bahasa Arab,
kesusteraan, dan ilmu hitung. Setelah itu, al-Kindi mulai mempelajari
disiplin ilmu lainnya, yaitu fikih dan kalam, akan tetapi dia lebih tertaik
pada ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama setelah pindah ke Baghdad. Di
kota tersebut, al-Kindi bertemu dengan keluarga dinasti Abbasiyah, alMa’mun, al-Mu’tashim, dan Ahmad ibn al-Mu’tashim. Al-Kindi juga
sempat menjadi guru dari putra al-Mu’tashim, Ahmad al-Mu’tashim.
Di antara cabang keilmuan yang dikuasai al-Kindi dan diakui oleh
dunia hingga saat ini antara lain ilmu kedokteran, aljabar (matematika),
ilmu falak, filsafat, semantik, dan bahasa, geometri, astronomi (planet),
farmakologi, ilmu jiwa, optika, politik, spiritualistik, metafisika, musik,
dan bahkan ia juga dikenal sebagai penulis lagu.
B. Karya karya Al-Kindi diantaranya:
1. Dalam bidang Filsafat
a. Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat
pertama).
4
b. Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al Muqtashah
wa ma fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalahmasalah logika dan muskil, serta metafisika),
c. Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyyah (tentang
filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika),
3 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: CV. Bulan Bintang, 1978. Vol.12
No.2 (2020)
4 Ibid
d. Kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles
dalam kategori-kategorinya),
e. Kitab fi Ma’iyyah al-‘ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan dan
klasifikasinya)
2. Dalam bidang astronomi:
a.Al-Manazhir Al-Falakiyyah,
b.Mahiyatul Falak,
c.Risalah Fi Shifatil Istharlab Bil Handasah,
d.Risalah Fi Syuruq Al-Kawakib wa Ghurubiha bi Al-Handasah,
e.Risalah Fi Shina'ati Bathlimous Al-Falakiyyah,
f. Tanaha Jarmul ‘Alam, Risalah Fi `Ilalil Audha' An-Nujumiyyah.
3. Dalam bidang ilmu pengetahuan alam:
a.Ilmu Ar-Ra'di wa Al-Barqi wa Ats-Tsalji wa Ash-Shawa'iq wa AlMathar,
5
b.Fil Al-Bashariyyat, Risalah Fi Zarqati As-Sama,
c.Fi Al-Ajraam Al-Ghaishah
4. Dalam bidang kimia dan kimia industri serta ilmu pertambangan:
a.Tanbih Ala Khada' Al-Kimiya'iyyin, Risalah Fi Anwa' Al-Ma'adin AtsTsaminah,
b.Kimiya' Al-Ithr Wat Tash'idat, Shina'atiz Zujaj, Ma Yudhafu min
Madah ala Shina' at As-Suyuf Hatta Ta'hudz Shalabataha,
c.Al-Jawahir wal Ashbah, Risalah Fi Anwa' i Al-Hijarah,
d.Shina'at Al-Alwan, Shina' at As-Suyuf.
5. Dalam bidang matematika:
a.Mabadi' Al-Hisab,
b.Al-Hisab Al-Handasi, Risalah Fi Al-Ihtimalat,
c.Fi Isti'mali Al-Hisab Al-Hindi,
5 Khudori ,Soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer, Jogjakarta : ar - Ruzz Media 2013.
VOL. 12, No. 2 ( 2020)
C. Pemikiran filsafat Al kindi
Al-Kindi dikenal sebagai Filsuf Arab karena dialah yang pertama kali
memakai metode baru dalam mengungkap bidang-bidang baru. Terdapat
sebuah catatan yang menyebutkan bahwa sebelum al-Kindi, ada nama
Iransyahri yang disebut sebagai filsuf. Al-Kindi dianggap sebagai filsuf
pertama dalam sejarah Islam karena ia dianggap mampu merumuskan apa
itu filsafat Islam secara sistematis. Paling tidak ada dua kontribusi besar
yang diberikan al-Kindi kepada filsafat Islam, pertama, meletakkan dasar
pemikiran yang nantinya dikembangkan oleh filsuf-filsuf setelahnya, seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Kedua, usahanya dalam menjembatani
antara pengetahuan luar (rasional murni) dengan Islam.
Dalam konteks pemikiran filsafat, salah satu agenda yang diusung alKindi adalah upaya untuk memperkenalkan filsafat ke dalam dunia Islam.
Semua ini tak terlepas dari realita kala itu yang menunjukkan bahwa ada
banyak kalangan umat Islam yang masih antipati terhadap filsafat yang
berasal dari peradaban Yunani karena dianggap bertentangan dengan ajaran
agama. Bagi al-Kindi, antara agama dan filsafat sebenarnya tidaklah
bertentangan, sebab baik agama maupun filsafat adalah ilmu yang mengulas
tentang kebenaran. Di satu sisi, ilmu filsafat membahas tentang ketuhanan,
keesaan-Nya, dan keutamaan serta membahas apa-apa yang bermanfaat bagi
manusia, sementara di sisi yang lain hal-hal tersebut juga dibawa oleh para
rasul Allah yang menetapkan keesaan Allah dan mengajarkan sesuatu yang
bermanfaat bagi manusia.
Karena alasan itulah al-Kindi juga menantang siapapun yang tidak
senang terhadap filsafat. Menurutnya, jika ada yang orang yang mengatakan
bahwa filsafat itu tidak diperlukan, mereka harus memberikan argumen dan
menjelaskannya. Padahal usaha untuk mengemukakan argumen itu sendiri
sejatinya bagian dari pencarian pengetahuan tentang hakikat sesuatu. Untuk
sampai pada maksud itu, secara logika, mereka memerlukan pengetahuan
filsafat. Jadi kesimpulannya, filsafat itu harus dimiliki dan dipelajari.
Al-Kindi sendiri mendefinisikan filsafat sebagai sebuah pengetahuan
tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Jadi
meskipun al-Kindi menganjurkan untuk mempelajari filsafat, namun ia
tetap menyatakan dengan tegas bahwa filsafat memiliki keterbatasan karena
ia (filsafat) tidak bisa mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka,
dan kehidupan akhirat. Maka—menurut al-Kindi—fungsi filsafat
sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk
menuntut keunggulan atau persamaan dengan wahyu. Dalam semangat ini
pula, seperti yang akan kita lihat, al-Kindi mempertahankan penciptaan
dunia, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, kelahiran dan
kehancuran dunia oleh Tuhan.
Penutupan
Al-Kindi, nama lengkapnya Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin
‘Imran bin Isma’il bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Al-Kindi
dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Ia
berasal dari kabilah kindah, termasuk kabilah terpandang di kalangan masyarakat
Arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz.
Pemikiran-pemikiran al-Kindi dalam bidang filsafat meliputi pemaduan antara
agama dengan filsafat atau terkenal dengan talfiq, selanjutnya filsafat ketuhanan
yang meliputi pemikiran-pemikirannya mengenai Tuhan, keberadaan-Nya, FungsiNya, dalil keberadaan Tuhan dan sifat-sifat Tuhan, filsafat metafisika, filsafat jiwa
serta roh, filsafat moral, dan filsafat kenabian.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmi, Buku Induk Terlengkap Agama Islam, Jakarta:
Citra Risalah, 2012
Hamdi, Ahmad Zainul. TUJUH FILSUF MUSLIM PEMBUKA PINTU GERBANG
FILSAFAT BARAT MODERN, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004
Tu'nas Fuaidah, Makalah “KONSEP ETIKA (MORAL) MENURUT PARA
FILOSOF MUSLIM”
Al- Ahwani, Ahmad Fuad, Dr. Filsafat Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus 1993.
Basri, Hasan, Drs. H. Ilmu Kalam Sejarah Dan Pokok Pikiran Aliranaliran, Bandung : Azkia Pustaka Utama 2007.
Bisri, Adib, KH. Kamus al-Bisri, Surabaya : Pustaka Progressif 1999.
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1990.
Mustafa, Dr. H.A, Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Nasir, Sahilun A. Prof, Dr, KH. Pemikiran Kalam ( Teologi Islam ) Sejarah, Ajaran
dan Perkembangannya, Jakarta : Rajawali Pers 2010.
Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: CV. Bulan Bintang,
1978.
Nasution, Hasyimsyah. Prof, Dr. H, Filsafat Islam, Jakarta : Gaya Media
Pratama1999.
Poerwantana, Drs, Seluk beluk filsafat Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya 1987.
Soleh, Khudori, Dr, H, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer, Jogjakarta :
ar - Ruzz Media 2013.
Supriyadi, Dedi. M.Ag, Pengantar Filsafat Islam Konsep, filsuf dan
Ajarannya Bandung : Pustaka Setia 2009.
Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, cet.I, 1991.
Zar, Sirajuddin, H. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Komentar
Posting Komentar